Place your ads here 468x60 px

Saturday, September 1, 2012

Indonesia Impor Beras Kamboja 100.000 ton/tahun

Pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli beras dari Kamboja dengan volume 100.000 ton per tahun untuk jangka waktu lima tahun ke depan dan sebaliknya negeri bangsa Khmer itu akan mengimpor pupuk dan peralatan pertanian seperti traktor dan mesin penggiling gabah.


Kesepakatan itu ditandatangani oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan dan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada sela-sela Pertemuan ke-44 Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN di Siem Reap, Kamboja.



Turut menyaksikan penandatangan kesepakatan itu Dubes RI untuk Kamboja Soehardjono Sastromihardjo dan sejumlah pengusaha Indonesia yang berbisnis di Kamboja.



"Ini penandatangan kesepakatan pertama kali yang bersejarah," kata Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh sambil menyalami mitranya Mendag Gita Wirjawan.



"Akan banyak lagi kesepakatan seperti ini yang ditandatangani ke depan," jawab Gita Wirjawan.



Chad Prasidh tampak begitu sumringah karena berhasil menggolkan kesepakatan penjualan beras itu kepada Indonesia.



Kamboja memproduksi 8,25 juta ton beras tahun 2011. Pada tahun 2012, Kamboja mentargetkan eskpor beras sebanyak 180.000 ton, dan sampai dengan 2015 Kamboja mematok target ekspor beras sedikitnya 1 juta ton.



Pembicaraan soal kesepakatan pembelian beras, menurut Prasidh, sudah lama dibahas dan dibicarakan dengan pihak Indonesia. Ia mengaku senang sekali pada akhirnya kesepakatan itu berhasil ditandatangani dan dilaksanakan.



Menjawab pertanyaan apa yang akan dibeli dari Indonesia sebagai imbal balik penjualan beras ke Indonesia, Prasidh mengatakan apa saja yang Indonesia punya dan dibutuhkan oleh rakyat Kamboja.



Oleh karena rakyat Kamboja 80 persen bertani, maka yang diperlukan adalah pupuk dan teknologi pertanian serta penanganan pasca-panen.



"Kami butuh pupuk, traktor, dan mesin penggiling gabah, silahkan pengusaha Indonesia pasok ke Kamboja bersama-sama dengan mitra-mitra kami lainnya," kata Prasidh.



Mendag Gita Wirjawan mengatakan kesepakatan tersebut merupakan payung hukum yang nantinya akan dieksekusi oleh Bulog sebagai penyangga komoditi strategis beras. Kesepakatan yang sama juga sudah ditandatangani dengan Thailand dan Vietnam.



"Intinya adalah untuk keamanan pasokan dan ketersediaan beras, bukan serta merta langsung diimpor. Ini cadangan untuk jaga-jaga karena produksi nasional setiap tahunnya kurang 2 juta sampai tiga juta ton," katanya.



Kurangi konsumsi beras



Menurut Gita, produk pangan menghadapi ketidakpastian pasokan karena faktor cuaca dan perubahan iklim. Sementara produksi beras nasional antara 35 juta sampai 40 juta ton per tahun sehingga untuk stabilitas harga dan cadangan terpaksa harus impor untuk memenuhi kekurangannya.



Di sisi lain, katanya, pemerintah mentargetkan tahun 2014 produksi beras nasional surplus 10 juta ton.



"Sebenarnya supaya surplus gampang saja, kurangi konsumsi beras dengan diversikasi pangan," katanya.



Data Kementerian Perdagangan menyebutkan konsumsi beras Indonesia adalah 140 kg per orang per tahun. Itu jaiuh di atas angka-angka konsumsi beras di Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar 65-70 kg.



Menurut Gita, jika Indonesia bisa menurunkan konsumsi beras dari 140 kg ke 100 kg saja maka sudah bisa menghemat 40 kg per tahun. Jika angka itu dikalikan 250 juta penduduk, maka penghematannya mencapai 10 juta ton.



"Jika kita bisa menghemat 10 juta ton, maka kita tidak usah impor tiga juta ton. Sebaliknya malah bisa ekspor tujuh juta ton," demikian Mendag Gita Wirjawan.


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More