Peneliti anggrek dari Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Destario Metusala, kembali menemukan spesies baru anggrek.
Spesies yang ditemukan ini bernama Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J.Wood. Jenis ini dikoleksi oleh tim peneliti Kebun Raya Purwodadi di wilayah Kalimantan Barat pada tahun 2006.
"Salah satu keunikan bunga ini adalah ukurannya yang mini. Diameternya hanya kurang lebih 1 cm. Rata-rata anggrek berdiameter 5 cm, kalau yang besar bisa sampai 10 cm," ungkap Destario.
Karakter unik lain adalah ujung pelepah daunnya yang memiliki tonjolan sempit memanjang berujung runcing. Sifat inilah yang membuat anggrek ini memiliki nama spesies "mucrovaginatum".
"Yang juga unik adalah karakter bibir bunganya yang memiliki 3 kalus sejajar permukaannya. Sementara bagian ujung bunganya membelah membentuk dua ruang," urai Destario saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/7/2012).
Bagian pangkal kelopak samping dan bibir bunganya termodifikasi membentuk tabung memanjang yang berisi cairan nektar. Diduga, modifikasi ini memungkinkan serangga polinator yang menghisap cairan nektar sekaligus memindahkan pollinia (benang sari) ke stigma (putik), membantu reproduksi bunga.
D. mucrovaginatum mulai disadari merupakan spesies baru setelah tim peneliti dari Kebun Raya Purwodadi menumbuhkan spesimen dari spesies tersebut dan melihat karakteristik bunganya.
Identifikasi dilakukan lebih lanjut dengan melihat lebih detail karakter organ vegetatif dan generatif bunga. Selanjutnya, hasil identifikasi dibandingkan dengan karakter bunga lain yang berkerabat dekat.
Sosok D. mucrovaginatum tumbuh merumpun dan dapat mencapai tinggi 30 cm. Batang bagian atas memiliki diameter 1 mm dan menggembung di bagian pangkal bawahnya sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Destario mengatakan, anggrek jenis baru ini berpotensi menghasilkan anggrek hibrida yang berpotensi bisnis. Ada dua karakteristik D. mucrovaginatum yang dinilai bagus, yakni sifat bisa berbunga tanpa mengenal musim serta ukuran bunga yang mini.
"Kita nanti bisa melakukan persilangan untuk mendapatkan anggrek hibrida yang berukuran besar dan berwarna mencolok tetapi bisa berbunga sepanjang tahun," ungkap Destario.
"Bunga yang mini juga menarik. Kita juga bisa mengembangkan berbagai anggrek mini. Ini potensial. Tanaman ini cuma sebesar rumput. Dengan keterbatasan lahan seperti di Jakarta misalnya, kita bisa kembangkan anggrek yang cocok ditumbuhkan di apartemen-apartemen," tambah peneliti yang aktif menekuni taksonomi anggrek ini.
Hasil temuan Destario dipublikasikan di jurnal Malesian Orchid Journal Vol. 10 pada bulan Juli 2012, bersama spesies Cleisocentron kinabaluense yang juga ditemukan Destario sebelumnya. Kalimantan diketahui memiliki 1800 nama taksa anggrek. Hampir setiap tahunnya, spesies baru selalu ditemukan di pulau itu.
0 comments:
Post a Comment