Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bersama Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) memberikan solusi bagi daerah sulit air berupa teknologi sederhana, ramah lingkungan, dan biaya murah, yaitu pompa surya. Pompa yang memanfaatkan energi matahari ini mampu mengalirkan air ke daerah-daerah kering, seperti Gunung Kidul.
Pembangunan pemasangan pompa surya ini ditandai secara simbolis dengan penyerahan pompa oleh Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kemenristek Momon Sadiyatmo kepada wakil Bupati Gunung Kidul Imawan Wahyudi, dalam acara sosialisasi program pemasangan pompa surya di Balai Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, kemarin. Penyerahan pompa surya tersebut disaksikan Wadek Bidang Kemahasiswaan, Penelitian dan Kerjasama Fakultas Teknik UGM Jamasri, Kepala Satker PAM PU DIY Hardjono Sudjanadi, serta Kepala Desa Purwodadi Suprihatin.
Peneliti energi terbarukan Ahmad Agus Setyawan mengatakan, teknologi pompa surya sangat cocok untuk diterapkan di daerah terpencil yang kesulitan air. Meski mudah dalam instalasi dan perawatan, namun butuh transfer pengetahuan ke masyarakat agar bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. “Inilah tantangannya untuk menerapkan ilmu yang pro rakyat,” kata Agus, seperti disitat dari laman UGM, Rabu (18//7/2012).
Dalam pemasangan pompa surya ini, Agus mengungkapkan, pihaknya menggandeng mahasiswa KKN PPM. Selanjutnya selama dua bulan, mahasiswa bersama masyarakat akan memasang dua pompa dan 32 panel surya agar bisa mengangkat sumber air yang berada di sekira tiga kilometer dari rumah penduduk.
Asisten Deputi Iptek Masyarakat Kemenristek Momon Sadiyatmo menyatakan, program pemasangan pompa surya ini sudah direncanakan sejak satu tahun lalu. Kegiatan penyediaan air minum untuk daerah sulit air ini salah bentuk program spesifikasi lokasi (speklok) Kemenristek yang bersinergi dengan perguruan tinggi. “Lewat UGM, teknologi ini akan kita terapkan juga di Aceh dan NTB,” ujar Momon.
Sementara itu Wakil Bupati Gunung Kidul Imawan Wahyudi memaparkan, teknologi penyediaan air minum masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan Gunung Kidul yang mayoritas daerahnya masih mengalami masalah sulit air. Umumnya sumber air berada di kedalaman 100 meter di bawah tanah karst. “Bantuan air di Gunung kidul itu ibarat seperti bantuan emas. Air itu segala-galanya di sini,” ungkap Imawan.
Senada dengan Imawan Kepala Desa Purwodadi Suprihatin menuturkan, di Purwodadi sendiri terdapat 2.000 KK atau 8.000 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai petani. Permasalahan yang umumnya dihadapi masyarakat selalu sama, yakni kesulitan mendapatkan air minum. “Tandon air hujan sudah habis. Mulai Mei, kami mulai membeli air. Untuk satu tangki berisi 5.000 liter kita beli dengan harga Rp80 ribu,” beber Suprihatin.
Dia berharap, dengan adanya bantuan pemasangan pompa surya ini bisa mengurangi beban ekonomi masyarakat. Tidak hanya memenuhi kebutuhan minum, tapi bisa dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian.
0 comments:
Post a Comment