Mobil Esemka Rajawali |
Tim teknisi yang melakukan perbaikan setelah mobil Esemka dinyatakan tak lolos uji emisi, masih terus bekerja.
Setelah mengutak-atik bagian mesin agar gas emisi yang dikeluarkan tak terlalu tinggi, tim fokus mengurangi berat badan Esemka. Sebab, berat badan berlebih dari mobil buatan siswa SMK ini diduga menjadi penghambat performa mesin.
Menurut Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Sulistyo Rabono, kendaraan yang telah menjadi mobil dinas Wali Kota Solo Joko Widodo memiliki bobot 2.200 kilogram.
Berat badan yang mencapai dua ton lebih itu dinilai terlalu gemuk, karena berat ideal seharusnya 1,5 ton saja.
“Bobot standar mobil jenis SUV berkapasitas 1.500 cc adalah 1.400 kilogram. Jadi, Esemka masih terlalu gemuk dan perlu dikuruskan,” katanya, Sabtu (10/3/2012).
Akumulasi beban inilah yang menyebabkan kerja mesin lebih berat, sehingga performa menjadi tak maksimal. Menurut Sulistyo, tim saat ini masih mencari cara menurunkan beban bodi mobil yang overweight itu.
“Mobil Esemka tanpa penumpang jika dibandingkan dengan mobil sejenis, ibaratnya seperti mengangkut 20 penumpang. Jadi sangat berat,” imbuhnya.
Temuan tim teknisi, mobil Esemka kegemukan lantaran bodi luarnya terlalu tebal. Sesuai standar, seharusnya ketebalan plat bodi maksimal 0,8 milimeter. Sedangkan plat bodi mobil Esemka SUV Rajawali sekarang 1,2 milimeter.
“Bodi mobil handmade terlalu berat jika 1.500 cc. Dengan bobot saat ini, mesin akan bekerja baik jika pada posisi 2.700 cc. Sehingga, kami memilih melakukan rework dari sisi bodi,” beber Sulistyo.
Sejauh ini, ia bersama tim masih mencari mekanisme untuk mengurangi ketebalan bodi. Kemungkinan, pemangkasan bobot mobil meliputi penggantian plat bodi berdempul tipis.
Plat ini kemudian dipasang di bagian samping depan dan belakang. Untuk menyelesaikannya, diprediksi butuh waktu sekitar empat pekan. Meski dibuat kurus, hal itu tak akan mengubah tampilan fisik Esmeka.
Dukungan terhadap mobil Esemka agar lolos uji emisi terus mengalir dari berbagai pihak. Satu diantaranya adalah dari Gusrizal, Direktur Eksekutif Elemen for Indonesia.
Pria yang tinggal di Bukittinggi, Sumatera Barat datang ke Solo untuk menemui Jokowi. Tujuan utamanya, memesan Esemka.
“Saya mau pesan Esemka, tapi masih ditolak. Tak masalah, walau urutan 6.001, saya akan tetap menunggu,” tegasnya.
Kedatangan Jokowi ke Bukittinggi dalam beberapa waktu ke depan akan ia manfaatkan untuk mengajak pemerintah daerah melakukan kerja sama. Sebab, di Bukittinggi juga sangat berharap bisa meniru apa yang telah dilakukan oleh siswa SMK di Solo.
“Pak Jokowi akan kami jadikan motivator. Siswa di Bukittinggi sangat mendukung Esemka agar lolos jadi mobil nasional,” cetusnya.
Setelah mengutak-atik bagian mesin agar gas emisi yang dikeluarkan tak terlalu tinggi, tim fokus mengurangi berat badan Esemka. Sebab, berat badan berlebih dari mobil buatan siswa SMK ini diduga menjadi penghambat performa mesin.
Menurut Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Sulistyo Rabono, kendaraan yang telah menjadi mobil dinas Wali Kota Solo Joko Widodo memiliki bobot 2.200 kilogram.
Berat badan yang mencapai dua ton lebih itu dinilai terlalu gemuk, karena berat ideal seharusnya 1,5 ton saja.
“Bobot standar mobil jenis SUV berkapasitas 1.500 cc adalah 1.400 kilogram. Jadi, Esemka masih terlalu gemuk dan perlu dikuruskan,” katanya, Sabtu (10/3/2012).
Akumulasi beban inilah yang menyebabkan kerja mesin lebih berat, sehingga performa menjadi tak maksimal. Menurut Sulistyo, tim saat ini masih mencari cara menurunkan beban bodi mobil yang overweight itu.
“Mobil Esemka tanpa penumpang jika dibandingkan dengan mobil sejenis, ibaratnya seperti mengangkut 20 penumpang. Jadi sangat berat,” imbuhnya.
Temuan tim teknisi, mobil Esemka kegemukan lantaran bodi luarnya terlalu tebal. Sesuai standar, seharusnya ketebalan plat bodi maksimal 0,8 milimeter. Sedangkan plat bodi mobil Esemka SUV Rajawali sekarang 1,2 milimeter.
“Bodi mobil handmade terlalu berat jika 1.500 cc. Dengan bobot saat ini, mesin akan bekerja baik jika pada posisi 2.700 cc. Sehingga, kami memilih melakukan rework dari sisi bodi,” beber Sulistyo.
Sejauh ini, ia bersama tim masih mencari mekanisme untuk mengurangi ketebalan bodi. Kemungkinan, pemangkasan bobot mobil meliputi penggantian plat bodi berdempul tipis.
Plat ini kemudian dipasang di bagian samping depan dan belakang. Untuk menyelesaikannya, diprediksi butuh waktu sekitar empat pekan. Meski dibuat kurus, hal itu tak akan mengubah tampilan fisik Esmeka.
Dukungan terhadap mobil Esemka agar lolos uji emisi terus mengalir dari berbagai pihak. Satu diantaranya adalah dari Gusrizal, Direktur Eksekutif Elemen for Indonesia.
Pria yang tinggal di Bukittinggi, Sumatera Barat datang ke Solo untuk menemui Jokowi. Tujuan utamanya, memesan Esemka.
“Saya mau pesan Esemka, tapi masih ditolak. Tak masalah, walau urutan 6.001, saya akan tetap menunggu,” tegasnya.
Kedatangan Jokowi ke Bukittinggi dalam beberapa waktu ke depan akan ia manfaatkan untuk mengajak pemerintah daerah melakukan kerja sama. Sebab, di Bukittinggi juga sangat berharap bisa meniru apa yang telah dilakukan oleh siswa SMK di Solo.
“Pak Jokowi akan kami jadikan motivator. Siswa di Bukittinggi sangat mendukung Esemka agar lolos jadi mobil nasional,” cetusnya.
0 comments:
Post a Comment