Tiga dari enam pemain naturalisasi susulan berdomisili di Belanda dan mereka masih ragu untuk merampungkan proses karena masalah ketidakpastian masa depan.
Menurut RNW, jika memperoleh paspor Indonesia, otomatis status mereka akan menjadi pemain non-Uni Eropa di liga setempat. Proses itu berimbas besar karena mereka harus terikat peraturan standar gaji minimal yang berlaku.
Berdasarkan peraturan, pesepakbola dari luar wilayah Uni Eropa harus mendapat gaji minimal €527 ribu per tahun atau kira-kira Rp6 milyar lebih. Sementara, untuk pemain di bawah usia 20 tahun, gaji yang diperoleh minimal €236 ribu per tahun. Kebijakan diberlakukan supaya klub lebih memilih bakat lokal daripada mendatangkan pemain yang sudah matang dari luar Uni Eropa.
"Saya masih ingin unjuk kebolehan di kompetisi Belanda," aku Stefano Lilipaly, yang ditaksir menerima gaji kurang dari €100 ribu setahun di FC Utrecht.
"Tapi kalau PSSI betul-betul berminat, harus ada solusi dengan pihak klub. Ini pilihan sulit bagi masa depan karier saya."
Joey Suk, yang bermain untuk Go Ahead Eagles di divisi satu liga Belanda, juga sudah menyatakan ingin lebih berkonsentrasi dengan klubnya sekarang ini.
"Saya sangat ingin ke Indonesia dan bermain untuk timnas Indonesia. Tapi ada masalah dengan paspor dan visa," ujarnya menanggapi pengabulan paspor Indonesia dalam akun Facebook miliknya.
"Saya harap tahun depan bisa ke Indonesia. Sekarang saya ingin fokus berkompetisi dengan Go Ahead."
Syarat serupa juga diminta Tonnie Cusell, yang bahkan mengaku sudah siap tinggal dan bermain untuk klub Indonesia.
"Saya ingin bermain untuk timnas Indonesia asalkan bisa melanjutkan karier di Indonesia," jelas pemain berusia 28 tahun itu.
Masalah komunikasi dengan Iman Arif, mantan deputi bidang teknis Badan Tim Nasional (BTN), yang memprakarsai proses naturalisasi juga menjadi faktor penting.
"Awalnya saya banyak berkomunikasi dengan Iman tentang rencana mendapatkan paspor Indonesia. Sejak Iman diganti, komunikasi tidak lagi lancar," pungkas Cusell.
Menurut RNW, jika memperoleh paspor Indonesia, otomatis status mereka akan menjadi pemain non-Uni Eropa di liga setempat. Proses itu berimbas besar karena mereka harus terikat peraturan standar gaji minimal yang berlaku.
Berdasarkan peraturan, pesepakbola dari luar wilayah Uni Eropa harus mendapat gaji minimal €527 ribu per tahun atau kira-kira Rp6 milyar lebih. Sementara, untuk pemain di bawah usia 20 tahun, gaji yang diperoleh minimal €236 ribu per tahun. Kebijakan diberlakukan supaya klub lebih memilih bakat lokal daripada mendatangkan pemain yang sudah matang dari luar Uni Eropa.
"Saya masih ingin unjuk kebolehan di kompetisi Belanda," aku Stefano Lilipaly, yang ditaksir menerima gaji kurang dari €100 ribu setahun di FC Utrecht.
"Tapi kalau PSSI betul-betul berminat, harus ada solusi dengan pihak klub. Ini pilihan sulit bagi masa depan karier saya."
Joey Suk, yang bermain untuk Go Ahead Eagles di divisi satu liga Belanda, juga sudah menyatakan ingin lebih berkonsentrasi dengan klubnya sekarang ini.
"Saya sangat ingin ke Indonesia dan bermain untuk timnas Indonesia. Tapi ada masalah dengan paspor dan visa," ujarnya menanggapi pengabulan paspor Indonesia dalam akun Facebook miliknya.
"Saya harap tahun depan bisa ke Indonesia. Sekarang saya ingin fokus berkompetisi dengan Go Ahead."
Syarat serupa juga diminta Tonnie Cusell, yang bahkan mengaku sudah siap tinggal dan bermain untuk klub Indonesia.
"Saya ingin bermain untuk timnas Indonesia asalkan bisa melanjutkan karier di Indonesia," jelas pemain berusia 28 tahun itu.
Masalah komunikasi dengan Iman Arif, mantan deputi bidang teknis Badan Tim Nasional (BTN), yang memprakarsai proses naturalisasi juga menjadi faktor penting.
"Awalnya saya banyak berkomunikasi dengan Iman tentang rencana mendapatkan paspor Indonesia. Sejak Iman diganti, komunikasi tidak lagi lancar," pungkas Cusell.
0 comments:
Post a Comment